Senin, 11 Juni 2012

cerpen yaaaah....Dhea!!!!!!!


Yaaaaaah Dhea !!!!


            Teeeet……..Teeeeet………..
            Terdengar bel menandakan jam pelajaran pertama di mulai, membuat Mila bertambah gelisah dan tergopoh-gopoh menuntun sepedanya menuju parkiran. Di temani Tia yang membawa bertumpuk-tumpuk buku di tangannya. Mila tersadar sudah 2 tahun ia berangkat kesekolah bersamanya. Untungnya pagi ini ia bisa mendahului bel masuk, sehingga ,tak perlu dia was-was dengan makian guru BK yang mungkin paling dibenci anak-anak di sekolah.
            Mila berjalan menuju kelas, terlihat olehnya sosok yang ia kenal sedang berdiri dalam sebuah barisan yang terdiri dari 12 orang anak di depan kantor guru, wajahnya ‘tak asing baginya, rambut dikuncir satu, rok pendek selutut, mendekapkan tangan, kulihat wajah Bete, dan penuh tantangan di wajahnya. Wajah sebalnya pada guru BK yang berbicara mewakili seluruh perasaan orang-orang dalam barisan itu. Sebuah barisan anak-anak yang telat.
            “ Untung kita nggak telat hari ini Mil.. !” seru Tia di belakangnya membuyarkan lamunan Mila pada gadis tadi.
            “ Hu um…! Kita emang keterlaluan susah sekali menghilangkan kebiasaan berangkat siang!” belanya.
            Mila meneruskan langkahnya bersama Tia menuju kelasku XI Bahasa, ia melewati setiap kelas menuju kelasnya, didepan kelasnya ia melihat teman-temannya sedang asik bercengkerama, entah gossip apa pagi ini yang sedang mereka bahas.
            “Assalamu’alaikum!” Sapanya pada teman-temannya di dalam kelas, mereka menghentikan aktifitasnya hanya untuk menjawab salamnya. Sungguh sebuah kebiasaan yang baik
            “Wa’alaikum salam!” seru mereka bersamaan.
            Mila meletakkan tasnya di bangkunya, terlihat Restri teman sebangkunya sedang asik mengerjakan tugas bahasanya, di belakangnya Sandy dan lely mengikutinya, Mila terus memperhatikan mereka, ‘tak terasa jantungnya masih terasa deg-degan akibat hampir telat tadi sampai-sampai ia ‘tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.
            “ Mil, lihat tugas Bahasa kamu dong sama nggak ma aku!” seru Restri membuatnya kaget, Milapun mengambil buku tugasnya dan diserahkan padanya.  Dengan senyuman khasnya Mila menuju bangku di belakang Sandy dan Lely kebetulan hari itu ia kebagian bangku paling depan. Sudah tradisi di dalam kelas untuk oper bangku tiap hari. Tiga orang temannya yang lain sedang asik bercanda ria. Ia duduk disebelah gadis berjilbab, dengan pipi sedikit tembem dan badan yang gemuk, kulihat ia kurang bersemangat seperti biasanya, Rara namanya.
            “ Pagi Mil… Tumben baru berangkat!” Sapanya pada Mila.
            “ Mila ae, langganan senengane mepet!” Logat jawa Yuni, menyindirnya, sambil mengerjakan tugas ia memimpin candaan kita pagi ini.
            “ Kamu kenapa Ra, kok kayaknya murung!” akhirnya Mila menanyakan hal itu pada rara.
            “ Aku lagi bertengkar nie, sama Dhea!” ia menjelaskan pada Mila, Dhea lagi…. Dhea lagi…. Kenapa sahabat Mila yang satu ini selalu cemberut akibat dia.
            “ Hari ini, dia telat Ra!” ujar  Yuni, membuat Mila ingat yang ia lihat hari ini, yah memang itu Dhea.
            “ Memang ada apa cerita ajah!” tawar Mila padanya,
            “ Mungkin aku udah sering cerita ke kamu, Dhea dan Toni seperti air dan api mereka gak bakalan bisa bersatu!” keluh Rara pada Mila.
            Dalam hatinya Mila berfikir, ia peduli pada Rara yang membuatnya bingung bingung mengapa Toni pacar Rara tidak akur dengan Dhea. Apa yang membuat gadis Tomboy atau Mr. Xnya sekolah itu kurang menyukai Toni padahal yang ia tahu Toni baik. Selain itu Dhea sangat sayang pada Rara sahabatnya. Apa ada hal lain yang perlu ia ketahui selama in, selidiknya.
            Esoknya ia melihat senyum Rara kembali, Rara begitu bersemangat hari ini, sungguh rona wajahnya berbeda dari kemarin. Milapun  ikut bahagia melihatnya. Bahkan di jam kesenian ini Dhea membantu Rara mengerjakan tugas menggambar di mata pelajaran kesenian.
            Mila begitu ikut bahagia dua insan yang bersahabat ini kembali akur, walaupun dalam hatinya terselip sebuah rasa iri, oh Tuhan mila begitu  ‘tak ingin rasa ini ada. Entah ia selalu merasa teman-teman di sekitarku kurang begitu dekat dengannya. Tapi untuk apa hal itu ia fikirkan karena kufikir itu hanya perasaannya saja.

             

Beberapa hari kemudian, ketika Mila begitu terkejut melihat kenyataan tentang kepalsuan sikap teman-temannya selama ini terhadapnya. Selama in kebaikan mereka hanya ingin memanfaatkan Mila, Mila terlalu bodoh, ia begitu menyesali nasibnya. Ia  begitu terpukul atas semuanya. Bahkan ketika ia tahu bahwa selama ini yang Rara ceritakan selama ini bukanlah fakta yang sebenarnya, mengenai pacarnya yang ia fikir ‘tak sepenuhnya benar. Mila merasa amat ditipu oleh Rara. Rara yang ia fikir adalah sahabat terbaiknya.
            Mila begitu malu, merasa tersungkur ketika kutahu Dhea tidak seperti yang ia fikir selama ini.
Kini hidupnya berubah drastic, bahkan ia mulai akrab dengan Dhea ia ‘tak peduli dengan mereka lagi. Dhea yang dulu bahkan begitu ia benci.

          
            Malam itu ketika Mila tengah mengerjakan PR terdengar dering hp-nya menandakan sebuah sms masuk, ia melihat nama yang nampak dilayar, sebuah sms dari Dhea.

“Mil quw hbs b’tgkar seru dg Rara……
Knp c mclh’X slalu Toni sialan i2,,cbel quw,
kpn c quw bs lepaz ry nag i2,
cpek n beban quw h!dup yak gni……L

Dhea

            Mila begitu miris membacanya, ia begitu kasihan membayangkan. Yang membuatnya terpukul ia tidak menyangka Rara begitu kejam. Banyak sekali pengorbanan Dhe untuk Rara. Sampai Mila berfikir bahwa Dhea amat menyayangi Rara sebagai sahabatna. Ternyata Toni adalah seorang bajingan bagi Dhea.
            Saat itu ia melepon Dhea, dia menumpahkan seluruh keluh kesahnya, ya Allah Mila tidak menyangka akan bisa dekat dengan Dhea, dengan orang yang dulu begitu ia benci dan ia yakin memang inilah kenyataan, sebuah kenyataan yang membuatnya terbangun.
            Dan yang membuatnya lebih tak menyangka Dhea yang ia menyebutnya Mr.Xnya sekolah dia bisa menangis, bahkan ada sisi lemah dalam hidupnya, ia begitu membenci Rara, Rara yang dulu sempat menjadi orang terdekatnya. Sejak insiden malam itu rasa membencinya pada Rara bertambah. Mila tidak ingin tangisan itu ada lagi. Ia merasa bertanggung jawab untuk menjaga tangisan itu agar tidak tumpah lagi. Mila merasa Tuhan tidak adil saat itu.

           

            Beberapa hari berlalu, Mila merasa mempunyai kehidupan yang baru. Iapun semakin akrab dengan Evi. Evi orang yang pernah begitu marah padanya akibat hasutan Rara. Evi teman dekat Dheapun selalu melarang Dhea untuk mendekati Rara. Namun, seiring berjalannya waktu, Dhea semakin disakiti Rara. Sampai suatu ketika, dia mengiriminya sebuah sms yang membuatnya begitu terkejut.

“Mil quw k!nged dy trus…….
Tp knp Slalu kBaikn dy……………”

Dhea
           
            Sebuah sms dari Dhea yang tak hanya membuatnya geram bahkan Evi kebakaran jenggot alias marah besar.

            Dhea…Dhea… kamu sosok sahabat yang baik…. Selalu ingat padanya…. Dia yang membuat hidupmu berantakan,
Dia yang membuat kau tak bisa menikmati masa-masa SMA.
            Tak cukupkah kau dibuatnya menangisterisak seperti mal itu…..
            Masih membekaskah pengorbanannyayang hanya sekelumit itu dihatimu,
            Bandingkanlah dengan rasa sakit hatimu,
Bandingkanlah dengan pengorbananmu……..
            Hargai dirimu sendiri, kau punya sumber kebahagiaan yang lain…
            Kau punya hak untuk bahagia……….
            Kau memiliki apa yang tidak aku bahkan orang lain miliki………
            Sadarlah itu Dhea…….
SAHABAT BISA DICARI,
            Yaaaaaaaaaah……..Dhea……..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar