Minggu, 23 September 2012

Antara Kolot atau karena Ekonomi??

Miris melihat gadis yang masih belia dinikahkan oleh orang tuanya. Memang dilingkungan desa didaerahku itu biasa. Walaupun banyak pemudanya mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggimasih ada juga orang tua yang menikahkan anaknya seusai lulus SMP, Ups yang lulusan SD udah ada juga looooh.............. OK fine masih bisa diterima kalau alasannya karena ekonomi mereka yang lemah. Sehingga beban orang tua minimal berkuranglahuntuk menghidupi anaknya. Dan itu bisa diamini bila memang suaminya mapan. Namun, bagaimana dengan beban psikologis sang perempuan. Di usia xang seharusnya ia seneng-seneng dengan temannya, atau yang mungkin juga saat ia harus bekerja. Ia harus merelakan kenangan-kenangan indah itu terlewat dengan menggendong dan mengasuh anaknya. Merawat keluarga kecil yang seharusnya ia jalani nanti. Memang ini tak hanya terjadi didesaku yang masih tersentuh oleh budaya modernisasi. Tapi, aku mutlak yakin ini juga terjadi didaerah terpencil diluar sana di Bumi Pertiwiku ini. Sebagai seorang perempuan aku bisa mendengar jeritan batin mereka. Walau mereka merasakan kebahagiaan dengan keluarga barunya, adakalanya mereka menyuarakan batin mereka saat harus menyaksikan perempuan-perempuan seusianya tertawa bersama kawan-kawannya dengan mengenakan seragam sekolah.
Tuhan,,,,,,,,,, mereka adalah perempuan-perempuan yang terjebak dalam budaya kolot negeri ini. Mereka perempuan-perempuan yang berada di tengah-tengah modernisasi yang hingar bingar ini. NikmatMu memang untuk semua makhluk. dan setiap orang mempunyai perasaan bahagia yang berbeda-beda sebabnya. Seorang pengamen senang bukan kepalang saat dalam sehari mereka mendapat uang 100rb. Seorang guru bahagia melihat murid-muridnya mendapat nilai yang memuaskan. Aku tidak tau apa yang membuat perempuan-perempuan itu bahagia. Semoga mereka juga merasakan bahagia....... (*_*)

terispirasi pada kenyataan disekitar

Senin, 11 Juni 2012

Ringkasan buku


SHILOH
(True Friendship)
           
            The author is Phillys Reynolds Naylor. Translated by Sapardi Djoko Darmono. I have evaluated this novel from story in novel. From its author too. My comment and my opinion about this novel are very good. Because from this novel we can know about the meaning of the true friendship. With a deftly language this book success to presenting a tightens story. And also, this novel ever won a ‘Newberry Medal’ in America. This novel is true story Phillys has told real story. Shiloh is a small dog from West Virginia. The real name of this dog is Clover. And now, it was being celebrity in there. And this time to me, to explain about this story.
            Human cannot life with peaceful and happy without a friendly environment. Who loving and is loved. Nature, animal, and human can make a harmonious in life. And make we enjoyed life. In the first book from this trilogy is told a feel love between Marty Preston, he is a teen. And Shiloh, a small dog. Between them too, there a Judd Travers, the participants who like to destroy nature and torture animal. Because his hobby is hunt in jungle.
            “This night, it will free, but if it lost again, I will box it, until it dead, I promise”
It Judd saying when Shiloh lost. How with your feel when you heard someone said like that about something whose you loving. Marty could not hide his crying while Judd Travers said his cruel’s word to a little dog that has seen by Marty at afternoon. A sweet and funny dog who followed him a long day, who can make Marty falling in love to Shiloh. Shiloh is name of dog who Marty given to this dog. Shiloh was Judd Travers dog, a cruel neigbour who like to box his pets. Marty want to take care of Shiloh but it was impossible because Marty’s family was poor family.
            Silently, Marty make kennel to Shiloh in behind house. His family did know if silently Marty take care of Shiloh. When Judd Travers looked for Shiloh in his house, Marty pretend didn’t know. Until one day, in midnight went Marty slept, he heard a sad dog’s voice from behind house. All of family went to behind house to seen what has happened. Marty the first people who looked if Shiloh was mortally wounded in all of its body. Its blood out very much. Marty’s  parents and Dara lynn his sister was shocked when seen what has happened. A herder dog tortured Shiloh. His father brought Shiloh to doctor in order that to examine Shiloh. After that, with angry Marty’s father asked Marty to return Shiloh to Judd. Marty didn’t have to have the heart to return Shiloh. Shiloh still weaks and not yet better. Judd was very happy. He promises in his self to box Shiloh again when Shiloh recovered.
            One day, with his brave Marty went to Judd home. He will do anything to get Shiloh, and then Judd was greedy people, he wanted Marty to give much money. It mean if Marty must bought Shiloh from him. The price of Shiloh is £40. Marty the poor son. Promise to bought Shiloh. He asked one week from Judd to get that money. And Marty threaten Judd, if Judd still torture Shiloh he will reported it to police. Suddenly, Judd hold Shiloh and took knife, he threaten Marty too, if Marty do what make Judd upset, he directly kill Shiloh, Marty afraid and with sadness he go home.  
            After from Judd home, Marty told what has happened to his parents. His father said, “ I can not help you son, my salary not enough to help you, but, you can deliver newspaper every morning, help our neighbour Mr. brown to clean the bird cage his cattle rising. In afternoon, you can collect trash can. Marty agree. During five days he worked hard. But he only get £10, he know if he only a small boy it’s only twelve years old.
            Finally, he went to Judd’s house again, Judd laugh, when look Marty came without money. Judd give Marty occupation. With decision Judd will give him £2 for one hour. So, he must work for Judd until twenty hours, he could collect £40 only for Shiloh. A small dog Marty willing to work hard. Marty must go to Judd house at 3 p.m. He must work two hours everyday, his work five times for a week. Every afternoon, Marty moved big wood, cutting grass, take out bean, and do what Judd want. Not only it sometimes blood out his hand when Marty dig sand. But, finally marty success to got Shiloh.    

cerpen yaaaah....Dhea!!!!!!!


Yaaaaaah Dhea !!!!


            Teeeet……..Teeeeet………..
            Terdengar bel menandakan jam pelajaran pertama di mulai, membuat Mila bertambah gelisah dan tergopoh-gopoh menuntun sepedanya menuju parkiran. Di temani Tia yang membawa bertumpuk-tumpuk buku di tangannya. Mila tersadar sudah 2 tahun ia berangkat kesekolah bersamanya. Untungnya pagi ini ia bisa mendahului bel masuk, sehingga ,tak perlu dia was-was dengan makian guru BK yang mungkin paling dibenci anak-anak di sekolah.
            Mila berjalan menuju kelas, terlihat olehnya sosok yang ia kenal sedang berdiri dalam sebuah barisan yang terdiri dari 12 orang anak di depan kantor guru, wajahnya ‘tak asing baginya, rambut dikuncir satu, rok pendek selutut, mendekapkan tangan, kulihat wajah Bete, dan penuh tantangan di wajahnya. Wajah sebalnya pada guru BK yang berbicara mewakili seluruh perasaan orang-orang dalam barisan itu. Sebuah barisan anak-anak yang telat.
            “ Untung kita nggak telat hari ini Mil.. !” seru Tia di belakangnya membuyarkan lamunan Mila pada gadis tadi.
            “ Hu um…! Kita emang keterlaluan susah sekali menghilangkan kebiasaan berangkat siang!” belanya.
            Mila meneruskan langkahnya bersama Tia menuju kelasku XI Bahasa, ia melewati setiap kelas menuju kelasnya, didepan kelasnya ia melihat teman-temannya sedang asik bercengkerama, entah gossip apa pagi ini yang sedang mereka bahas.
            “Assalamu’alaikum!” Sapanya pada teman-temannya di dalam kelas, mereka menghentikan aktifitasnya hanya untuk menjawab salamnya. Sungguh sebuah kebiasaan yang baik
            “Wa’alaikum salam!” seru mereka bersamaan.
            Mila meletakkan tasnya di bangkunya, terlihat Restri teman sebangkunya sedang asik mengerjakan tugas bahasanya, di belakangnya Sandy dan lely mengikutinya, Mila terus memperhatikan mereka, ‘tak terasa jantungnya masih terasa deg-degan akibat hampir telat tadi sampai-sampai ia ‘tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.
            “ Mil, lihat tugas Bahasa kamu dong sama nggak ma aku!” seru Restri membuatnya kaget, Milapun mengambil buku tugasnya dan diserahkan padanya.  Dengan senyuman khasnya Mila menuju bangku di belakang Sandy dan Lely kebetulan hari itu ia kebagian bangku paling depan. Sudah tradisi di dalam kelas untuk oper bangku tiap hari. Tiga orang temannya yang lain sedang asik bercanda ria. Ia duduk disebelah gadis berjilbab, dengan pipi sedikit tembem dan badan yang gemuk, kulihat ia kurang bersemangat seperti biasanya, Rara namanya.
            “ Pagi Mil… Tumben baru berangkat!” Sapanya pada Mila.
            “ Mila ae, langganan senengane mepet!” Logat jawa Yuni, menyindirnya, sambil mengerjakan tugas ia memimpin candaan kita pagi ini.
            “ Kamu kenapa Ra, kok kayaknya murung!” akhirnya Mila menanyakan hal itu pada rara.
            “ Aku lagi bertengkar nie, sama Dhea!” ia menjelaskan pada Mila, Dhea lagi…. Dhea lagi…. Kenapa sahabat Mila yang satu ini selalu cemberut akibat dia.
            “ Hari ini, dia telat Ra!” ujar  Yuni, membuat Mila ingat yang ia lihat hari ini, yah memang itu Dhea.
            “ Memang ada apa cerita ajah!” tawar Mila padanya,
            “ Mungkin aku udah sering cerita ke kamu, Dhea dan Toni seperti air dan api mereka gak bakalan bisa bersatu!” keluh Rara pada Mila.
            Dalam hatinya Mila berfikir, ia peduli pada Rara yang membuatnya bingung bingung mengapa Toni pacar Rara tidak akur dengan Dhea. Apa yang membuat gadis Tomboy atau Mr. Xnya sekolah itu kurang menyukai Toni padahal yang ia tahu Toni baik. Selain itu Dhea sangat sayang pada Rara sahabatnya. Apa ada hal lain yang perlu ia ketahui selama in, selidiknya.
            Esoknya ia melihat senyum Rara kembali, Rara begitu bersemangat hari ini, sungguh rona wajahnya berbeda dari kemarin. Milapun  ikut bahagia melihatnya. Bahkan di jam kesenian ini Dhea membantu Rara mengerjakan tugas menggambar di mata pelajaran kesenian.
            Mila begitu ikut bahagia dua insan yang bersahabat ini kembali akur, walaupun dalam hatinya terselip sebuah rasa iri, oh Tuhan mila begitu  ‘tak ingin rasa ini ada. Entah ia selalu merasa teman-teman di sekitarku kurang begitu dekat dengannya. Tapi untuk apa hal itu ia fikirkan karena kufikir itu hanya perasaannya saja.

             

Beberapa hari kemudian, ketika Mila begitu terkejut melihat kenyataan tentang kepalsuan sikap teman-temannya selama ini terhadapnya. Selama in kebaikan mereka hanya ingin memanfaatkan Mila, Mila terlalu bodoh, ia begitu menyesali nasibnya. Ia  begitu terpukul atas semuanya. Bahkan ketika ia tahu bahwa selama ini yang Rara ceritakan selama ini bukanlah fakta yang sebenarnya, mengenai pacarnya yang ia fikir ‘tak sepenuhnya benar. Mila merasa amat ditipu oleh Rara. Rara yang ia fikir adalah sahabat terbaiknya.
            Mila begitu malu, merasa tersungkur ketika kutahu Dhea tidak seperti yang ia fikir selama ini.
Kini hidupnya berubah drastic, bahkan ia mulai akrab dengan Dhea ia ‘tak peduli dengan mereka lagi. Dhea yang dulu bahkan begitu ia benci.

          
            Malam itu ketika Mila tengah mengerjakan PR terdengar dering hp-nya menandakan sebuah sms masuk, ia melihat nama yang nampak dilayar, sebuah sms dari Dhea.

“Mil quw hbs b’tgkar seru dg Rara……
Knp c mclh’X slalu Toni sialan i2,,cbel quw,
kpn c quw bs lepaz ry nag i2,
cpek n beban quw h!dup yak gni……L

Dhea

            Mila begitu miris membacanya, ia begitu kasihan membayangkan. Yang membuatnya terpukul ia tidak menyangka Rara begitu kejam. Banyak sekali pengorbanan Dhe untuk Rara. Sampai Mila berfikir bahwa Dhea amat menyayangi Rara sebagai sahabatna. Ternyata Toni adalah seorang bajingan bagi Dhea.
            Saat itu ia melepon Dhea, dia menumpahkan seluruh keluh kesahnya, ya Allah Mila tidak menyangka akan bisa dekat dengan Dhea, dengan orang yang dulu begitu ia benci dan ia yakin memang inilah kenyataan, sebuah kenyataan yang membuatnya terbangun.
            Dan yang membuatnya lebih tak menyangka Dhea yang ia menyebutnya Mr.Xnya sekolah dia bisa menangis, bahkan ada sisi lemah dalam hidupnya, ia begitu membenci Rara, Rara yang dulu sempat menjadi orang terdekatnya. Sejak insiden malam itu rasa membencinya pada Rara bertambah. Mila tidak ingin tangisan itu ada lagi. Ia merasa bertanggung jawab untuk menjaga tangisan itu agar tidak tumpah lagi. Mila merasa Tuhan tidak adil saat itu.

           

            Beberapa hari berlalu, Mila merasa mempunyai kehidupan yang baru. Iapun semakin akrab dengan Evi. Evi orang yang pernah begitu marah padanya akibat hasutan Rara. Evi teman dekat Dheapun selalu melarang Dhea untuk mendekati Rara. Namun, seiring berjalannya waktu, Dhea semakin disakiti Rara. Sampai suatu ketika, dia mengiriminya sebuah sms yang membuatnya begitu terkejut.

“Mil quw k!nged dy trus…….
Tp knp Slalu kBaikn dy……………”

Dhea
           
            Sebuah sms dari Dhea yang tak hanya membuatnya geram bahkan Evi kebakaran jenggot alias marah besar.

            Dhea…Dhea… kamu sosok sahabat yang baik…. Selalu ingat padanya…. Dia yang membuat hidupmu berantakan,
Dia yang membuat kau tak bisa menikmati masa-masa SMA.
            Tak cukupkah kau dibuatnya menangisterisak seperti mal itu…..
            Masih membekaskah pengorbanannyayang hanya sekelumit itu dihatimu,
            Bandingkanlah dengan rasa sakit hatimu,
Bandingkanlah dengan pengorbananmu……..
            Hargai dirimu sendiri, kau punya sumber kebahagiaan yang lain…
            Kau punya hak untuk bahagia……….
            Kau memiliki apa yang tidak aku bahkan orang lain miliki………
            Sadarlah itu Dhea…….
SAHABAT BISA DICARI,
            Yaaaaaaaaaah……..Dhea……..

cerpen- "KAPOK"



            Anak-anak kelas IX A sedang berkerumun di jendela ruang BK. Mereka sedang mengintip Dea yang lagi “asyik” diceramahin Pak Yusnaldi, wali kelasnya. Gara-gara iseng nempelin permen karet plus lem di kursi temannya, Silvi.
            “Kamu ini memang tidak bisa saya larang, sampai-sampai menempelkan permen karet dan lem di kursi temanmu!” bentak Pak Yus tidak sabar. “Perbuatan macam apa itu!” tambahnya lagi.
            Sementara Dea diam-diam main game di hp-nya, tanpa disadari Pak Yus, karena tertutup meja. Paling-paling Dea cuma menjawab omelan Pak Yus dengan “Iya”, “Iya Pak..” atau “He-eh” dengan tampang yang dibuat-buat.
            Hampir 20 menit Pak Yus menasehatinya di ruangannya. Sampai akhirnya, Pak Yus berkata.
            “Sebagai hukumannya, kamu harus membersihkan toilet lantai dua, mengerti!” perintah Pak Yus.
            “Ba….ik, Pak!” jawab Dea ragu. “Permisi!” tambahnya. Namun, dalam hatinya, Dea ragu juga untuk membersihkan toilet lantai dua, karena dengar-dengar toilet itu ada hantunya.
            Sampai di kelas Dea langsung mengambil tasnya. Lalu berjalan menuju kantin dengan wajah kesal, tanpa menggubris pertanyaan teman-temannya mengenai Pak Yus.
            Sesampainya dikantin Dea langsung memesan jus tomat kesukaannya. Hatinya kembali bimbang mengingat pulang sekolah nanti dia bakal bersihin toilet atas. “Kan serem!” pikirnya.
            “De, kamu disuruh bersihin toilet atas, ya?” Tanya Sisil yang entah sejak kapan berada di samping Dea. Namun Dea diam saja.
            “Pantas kamu diam saja, pasti kamu takut nanti akan membersihkan toilet! Kamu kan tahu kalau toil…” tuduhan Sisil belum selesai karena langsung dipotong Dea.
            “Enak saja, kamu! Siapa yang takut! Kalau aku bersihin toilet itu, nanti hantunya lagi yang takut sama aku! Lagian mana ada sih hantu di sekolah ini… kalian pada bodoh banget, ya! Percaya saja dengan tahayul!” kilah Dea, bohong.
            “Masa?” jawab teman-temannya serempak.
Dea cemberut, lalu meninggalkan teman-temannya yang langsung terdiam melihat Dea cemberut. Sementara beberapa menit kemudian bel pulang berbunyi.
            “Aduh… bagaimana, ini?” pikir Dea panik sambil berjalan lemas menuju lantai dua. “ Lagian aku pake acara cemberut segala! Kalau tidak cemberut kan bisa maminta mereka menemani aku!” sesalnya dalam hati.
            Tibalah Dea didepan pintu toilet anak-anak kelas dua. Sepi. Anak-anak kelas dua sudah pulang semua. Siswi bandel ini semakin ragu untuk melangkah masuk. Badannya tiba-tiba terasa dingin, merinding. Rasanya ada hawa dingin menjalar di sekujur tubuhnya.
            Namun Dea memberanikan diri. Dibukanya gagang pintu itu pelan-pelan. “Gila! Kok tahan ya anak-anak kelas dua memakai WC ini,” pikirnya.
            Pelan-pelan dijulurkannya kepalanya dulu untuk mengintip kedalam ruangan itu. Matanya mengitari setiap sudut ruangan. Pelan-pelan Dea melangkah masuk. Tampak dinding bercat putih yang sudah kotor. Banyak coretan di sana-sini. Matanya mengitari seluk-beluk ruang itu. Ada empat toilet di ruang itu. Matanya berhenti di WC yang ketiga. Seperti ada keganjilan di WC itu. Lampu di WC itu  mati. Dea terpaku di depan pintunya, merasa seperti ada sesuatu. Pelan-pelan dia menoleh kebelakang. Ada gadis pucat bermata hitam, kurus, rambut panjang sedang berdiri di pojok ruangan.
            Ingin rasanya dia berteriak, tapi suaranya tidak keluar. Baru beberapa detik kemudian ia bisa berteriak. “AAAA…..hhh” pekiknya panjang. Tanpa babibu lagi, secepat kilat Dea langsung berlari keluar, menusuri lorong, lalu menuruni tangga, turun, dan turun. Namun akhirnya dia sadar, dia tidak sampai-sampai ke lantai bawah.
            Dengan terengah-engah Dea jatuh berlutut, lututnya lemas. Dipandanginya lantai atas. Ternyata begitu banyak tangga telah dilewatinya. Lalu perlahan-lahan air matanya keluar. Dia menangis, dia menyesali dirinya karena begitu bodoh mengganggu teman-temannya. Pernah juga dia menakut-nakuti teman-temannya di dekat WC ini. Dan sepertinya ini balasan dari kenakalannya itu. Dia menyesal…. Menyesal sekali lalu menangis tersedu-sedu.
            “ Please! Saya mohon jangan menggangu saya!” teriaknya sambil menangis. “Saya mohon. Saya janji tidak akan mengganggu teman-teman saya lagi!” isaknya, suaranya melemah. Lalu dia menutup mata sambil berbisik.
            “Maaf……” ujarnya.
            Lalu samar-samar terdengar suara halus berkata, “jangan meminta maaf kepadaku….”
            Cepat-cepat dibukanya matanya dan semuanya sudah kembali seperti semula. Segera dia turun ke lantai bawah dengan perasaan luar biasa lega. Masih ada sisa air mata diwajahnya. “Terimakasih….” bisiknya.
            Dalam hati dia berjanji tidak akan mengganggu teman-temannya lagi. Kapok. Sekaligus ingin meminta maaf kepada semua orang yang telah diganggunya. Walaupun hari ini Dea tidak jadi membersihkan WC, tapi dia berjanji akan meminta kepada Pak Yus untuk membersihkan ruangan lain, asal tidak membersihkan WC itu. “Walaupun hantunya baik,” pikirnya, sambil tersenyum.