Yaaaaaah Dhea !!!!
Teeeet……..Teeeeet………..
Terdengar bel
menandakan jam pelajaran pertama di mulai, membuat Mila bertambah gelisah dan
tergopoh-gopoh menuntun sepedanya menuju parkiran. Di temani Tia yang membawa
bertumpuk-tumpuk buku di tangannya. Mila tersadar sudah 2 tahun ia berangkat
kesekolah bersamanya. Untungnya pagi ini ia bisa mendahului bel masuk, sehingga
,tak perlu dia was-was dengan makian guru BK yang mungkin paling dibenci
anak-anak di sekolah.
Mila berjalan menuju
kelas, terlihat olehnya sosok yang ia kenal sedang berdiri dalam sebuah barisan
yang terdiri dari 12 orang anak di depan kantor guru, wajahnya ‘tak asing baginya,
rambut dikuncir satu, rok pendek selutut, mendekapkan tangan, kulihat wajah
Bete, dan penuh tantangan di wajahnya. Wajah sebalnya pada guru BK yang
berbicara mewakili seluruh perasaan orang-orang dalam barisan itu. Sebuah
barisan anak-anak yang telat.
“ Untung kita nggak
telat hari ini Mil.. !” seru Tia di belakangnya membuyarkan lamunan Mila pada
gadis tadi.
“ Hu um…! Kita emang
keterlaluan susah sekali menghilangkan kebiasaan berangkat siang!” belanya.
Mila meneruskan
langkahnya bersama Tia menuju kelasku XI Bahasa, ia melewati setiap kelas menuju
kelasnya, didepan kelasnya ia melihat teman-temannya sedang asik bercengkerama,
entah gossip apa pagi ini yang sedang mereka bahas.
“Assalamu’alaikum!”
Sapanya pada teman-temannya di dalam kelas, mereka menghentikan aktifitasnya
hanya untuk menjawab salamnya. Sungguh sebuah kebiasaan yang baik
“Wa’alaikum salam!”
seru mereka bersamaan.
Mila meletakkan tasnya
di bangkunya, terlihat Restri teman sebangkunya sedang asik mengerjakan tugas bahasanya,
di belakangnya Sandy
dan lely mengikutinya, Mila terus memperhatikan mereka, ‘tak terasa jantungnya
masih terasa deg-degan akibat hampir telat tadi sampai-sampai ia ‘tak tahu apa
yang harus ia lakukan sekarang.
“ Mil, lihat tugas
Bahasa kamu dong sama nggak ma aku!” seru Restri membuatnya kaget, Milapun mengambil
buku tugasnya dan diserahkan padanya. Dengan
senyuman khasnya Mila menuju bangku di belakang Sandy dan Lely kebetulan hari
itu ia kebagian bangku paling depan. Sudah tradisi di dalam kelas untuk oper
bangku tiap hari. Tiga orang temannya yang lain sedang asik bercanda ria. Ia
duduk disebelah gadis berjilbab, dengan pipi sedikit tembem dan badan yang
gemuk, kulihat ia kurang bersemangat seperti biasanya, Rara namanya.
“ Pagi Mil… Tumben baru
berangkat!” Sapanya pada Mila.
“ Mila ae, langganan
senengane mepet!” Logat jawa Yuni, menyindirnya, sambil mengerjakan tugas ia memimpin
candaan kita pagi ini.
“ Kamu kenapa Ra, kok
kayaknya murung!” akhirnya Mila menanyakan hal itu pada rara.
“ Aku lagi bertengkar
nie, sama Dhea!” ia menjelaskan pada Mila, Dhea lagi…. Dhea lagi…. Kenapa
sahabat Mila yang satu ini selalu cemberut akibat dia.
“ Hari ini, dia telat Ra!”
ujar Yuni, membuat Mila ingat yang ia lihat
hari ini, yah memang itu Dhea.
“ Memang ada apa cerita
ajah!” tawar Mila padanya,
“ Mungkin aku udah
sering cerita ke kamu, Dhea dan Toni seperti air dan api mereka gak bakalan
bisa bersatu!” keluh Rara pada Mila.
Dalam hatinya Mila
berfikir, ia peduli pada Rara yang membuatnya bingung bingung mengapa Toni
pacar Rara tidak akur dengan Dhea. Apa yang membuat gadis Tomboy atau Mr. Xnya
sekolah itu kurang menyukai Toni padahal yang ia tahu Toni baik. Selain itu
Dhea sangat sayang pada Rara sahabatnya. Apa ada hal lain yang perlu ia ketahui
selama in, selidiknya.
Esoknya ia melihat
senyum Rara kembali, Rara begitu bersemangat hari ini, sungguh rona wajahnya
berbeda dari kemarin. Milapun ikut
bahagia melihatnya. Bahkan di jam kesenian ini Dhea membantu Rara mengerjakan
tugas menggambar di mata pelajaran kesenian.
Mila begitu ikut
bahagia dua insan yang bersahabat ini kembali akur, walaupun dalam hatinya
terselip sebuah rasa iri, oh Tuhan mila begitu ‘tak ingin rasa ini ada. Entah ia selalu
merasa teman-teman di sekitarku kurang begitu dekat dengannya. Tapi untuk apa
hal itu ia fikirkan karena kufikir itu hanya perasaannya saja.
Beberapa hari kemudian, ketika Mila begitu
terkejut melihat kenyataan tentang kepalsuan sikap teman-temannya selama ini
terhadapnya. Selama in kebaikan mereka hanya ingin memanfaatkan Mila, Mila
terlalu bodoh, ia begitu menyesali nasibnya. Ia begitu terpukul atas semuanya. Bahkan ketika ia
tahu bahwa selama ini yang Rara ceritakan selama ini bukanlah fakta yang
sebenarnya, mengenai pacarnya yang ia fikir ‘tak sepenuhnya benar. Mila merasa
amat ditipu oleh Rara. Rara yang ia fikir adalah sahabat terbaiknya.
Mila
begitu malu, merasa tersungkur ketika kutahu Dhea tidak seperti yang ia fikir
selama ini.
Kini hidupnya berubah drastic, bahkan ia mulai
akrab dengan Dhea ia ‘tak peduli dengan mereka lagi. Dhea yang dulu bahkan
begitu ia benci.
Malam itu ketika Mila
tengah mengerjakan PR terdengar dering hp-nya menandakan sebuah sms masuk, ia
melihat nama yang nampak dilayar, sebuah sms dari Dhea.
“Mil quw hbs b’tgkar seru dg Rara……
Knp c mclh’X slalu Toni sialan i2,,cbel quw,
kpn c quw bs lepaz ry nag i2,
cpek n beban quw h!dup yak gni……L”
Dhea
Mila begitu miris
membacanya, ia begitu kasihan membayangkan. Yang membuatnya terpukul ia tidak
menyangka Rara begitu kejam. Banyak sekali pengorbanan Dhe untuk Rara. Sampai
Mila berfikir bahwa Dhea amat menyayangi Rara sebagai sahabatna. Ternyata Toni
adalah seorang bajingan bagi Dhea.
Saat itu ia melepon Dhea,
dia menumpahkan seluruh keluh kesahnya, ya Allah Mila tidak menyangka akan bisa
dekat dengan Dhea, dengan orang yang dulu begitu ia benci dan ia yakin memang
inilah kenyataan, sebuah kenyataan yang membuatnya terbangun.
Dan yang membuatnya
lebih tak menyangka Dhea yang ia menyebutnya Mr.Xnya sekolah dia bisa menangis,
bahkan ada sisi lemah dalam hidupnya, ia begitu membenci Rara, Rara yang dulu
sempat menjadi orang terdekatnya. Sejak insiden malam itu rasa membencinya pada
Rara bertambah. Mila tidak ingin tangisan itu ada lagi. Ia merasa bertanggung
jawab untuk menjaga tangisan itu agar tidak tumpah lagi. Mila merasa Tuhan
tidak adil saat itu.
Beberapa hari berlalu, Mila
merasa mempunyai kehidupan yang baru. Iapun semakin akrab dengan Evi. Evi orang
yang pernah begitu marah padanya akibat hasutan Rara. Evi teman dekat Dheapun
selalu melarang Dhea untuk mendekati Rara. Namun, seiring berjalannya waktu, Dhea
semakin disakiti Rara. Sampai suatu ketika, dia mengiriminya sebuah sms yang
membuatnya begitu terkejut.
“Mil quw k!nged dy trus…….
Tp knp Slalu kBaikn dy……………”
Dhea
Sebuah sms dari Dhea
yang tak hanya membuatnya geram bahkan Evi kebakaran jenggot alias marah besar.
Dhea…Dhea… kamu sosok
sahabat yang baik…. Selalu ingat padanya…. Dia yang membuat hidupmu berantakan,
Dia yang membuat kau tak bisa menikmati masa-masa SMA.
Tak cukupkah kau
dibuatnya menangisterisak seperti mal itu…..
Masih membekaskah
pengorbanannyayang hanya sekelumit itu dihatimu,
Bandingkanlah dengan
rasa sakit hatimu,
Bandingkanlah dengan pengorbananmu……..
Hargai dirimu sendiri,
kau punya sumber kebahagiaan yang lain…
Kau punya hak untuk
bahagia……….
Kau memiliki apa yang
tidak aku bahkan orang lain miliki………
Sadarlah itu Dhea…….
SAHABAT BISA DICARI,
Yaaaaaaaaaah……..Dhea……..