Senin, 11 Juni 2012

cerpen- "KAPOK"



            Anak-anak kelas IX A sedang berkerumun di jendela ruang BK. Mereka sedang mengintip Dea yang lagi “asyik” diceramahin Pak Yusnaldi, wali kelasnya. Gara-gara iseng nempelin permen karet plus lem di kursi temannya, Silvi.
            “Kamu ini memang tidak bisa saya larang, sampai-sampai menempelkan permen karet dan lem di kursi temanmu!” bentak Pak Yus tidak sabar. “Perbuatan macam apa itu!” tambahnya lagi.
            Sementara Dea diam-diam main game di hp-nya, tanpa disadari Pak Yus, karena tertutup meja. Paling-paling Dea cuma menjawab omelan Pak Yus dengan “Iya”, “Iya Pak..” atau “He-eh” dengan tampang yang dibuat-buat.
            Hampir 20 menit Pak Yus menasehatinya di ruangannya. Sampai akhirnya, Pak Yus berkata.
            “Sebagai hukumannya, kamu harus membersihkan toilet lantai dua, mengerti!” perintah Pak Yus.
            “Ba….ik, Pak!” jawab Dea ragu. “Permisi!” tambahnya. Namun, dalam hatinya, Dea ragu juga untuk membersihkan toilet lantai dua, karena dengar-dengar toilet itu ada hantunya.
            Sampai di kelas Dea langsung mengambil tasnya. Lalu berjalan menuju kantin dengan wajah kesal, tanpa menggubris pertanyaan teman-temannya mengenai Pak Yus.
            Sesampainya dikantin Dea langsung memesan jus tomat kesukaannya. Hatinya kembali bimbang mengingat pulang sekolah nanti dia bakal bersihin toilet atas. “Kan serem!” pikirnya.
            “De, kamu disuruh bersihin toilet atas, ya?” Tanya Sisil yang entah sejak kapan berada di samping Dea. Namun Dea diam saja.
            “Pantas kamu diam saja, pasti kamu takut nanti akan membersihkan toilet! Kamu kan tahu kalau toil…” tuduhan Sisil belum selesai karena langsung dipotong Dea.
            “Enak saja, kamu! Siapa yang takut! Kalau aku bersihin toilet itu, nanti hantunya lagi yang takut sama aku! Lagian mana ada sih hantu di sekolah ini… kalian pada bodoh banget, ya! Percaya saja dengan tahayul!” kilah Dea, bohong.
            “Masa?” jawab teman-temannya serempak.
Dea cemberut, lalu meninggalkan teman-temannya yang langsung terdiam melihat Dea cemberut. Sementara beberapa menit kemudian bel pulang berbunyi.
            “Aduh… bagaimana, ini?” pikir Dea panik sambil berjalan lemas menuju lantai dua. “ Lagian aku pake acara cemberut segala! Kalau tidak cemberut kan bisa maminta mereka menemani aku!” sesalnya dalam hati.
            Tibalah Dea didepan pintu toilet anak-anak kelas dua. Sepi. Anak-anak kelas dua sudah pulang semua. Siswi bandel ini semakin ragu untuk melangkah masuk. Badannya tiba-tiba terasa dingin, merinding. Rasanya ada hawa dingin menjalar di sekujur tubuhnya.
            Namun Dea memberanikan diri. Dibukanya gagang pintu itu pelan-pelan. “Gila! Kok tahan ya anak-anak kelas dua memakai WC ini,” pikirnya.
            Pelan-pelan dijulurkannya kepalanya dulu untuk mengintip kedalam ruangan itu. Matanya mengitari setiap sudut ruangan. Pelan-pelan Dea melangkah masuk. Tampak dinding bercat putih yang sudah kotor. Banyak coretan di sana-sini. Matanya mengitari seluk-beluk ruang itu. Ada empat toilet di ruang itu. Matanya berhenti di WC yang ketiga. Seperti ada keganjilan di WC itu. Lampu di WC itu  mati. Dea terpaku di depan pintunya, merasa seperti ada sesuatu. Pelan-pelan dia menoleh kebelakang. Ada gadis pucat bermata hitam, kurus, rambut panjang sedang berdiri di pojok ruangan.
            Ingin rasanya dia berteriak, tapi suaranya tidak keluar. Baru beberapa detik kemudian ia bisa berteriak. “AAAA…..hhh” pekiknya panjang. Tanpa babibu lagi, secepat kilat Dea langsung berlari keluar, menusuri lorong, lalu menuruni tangga, turun, dan turun. Namun akhirnya dia sadar, dia tidak sampai-sampai ke lantai bawah.
            Dengan terengah-engah Dea jatuh berlutut, lututnya lemas. Dipandanginya lantai atas. Ternyata begitu banyak tangga telah dilewatinya. Lalu perlahan-lahan air matanya keluar. Dia menangis, dia menyesali dirinya karena begitu bodoh mengganggu teman-temannya. Pernah juga dia menakut-nakuti teman-temannya di dekat WC ini. Dan sepertinya ini balasan dari kenakalannya itu. Dia menyesal…. Menyesal sekali lalu menangis tersedu-sedu.
            “ Please! Saya mohon jangan menggangu saya!” teriaknya sambil menangis. “Saya mohon. Saya janji tidak akan mengganggu teman-teman saya lagi!” isaknya, suaranya melemah. Lalu dia menutup mata sambil berbisik.
            “Maaf……” ujarnya.
            Lalu samar-samar terdengar suara halus berkata, “jangan meminta maaf kepadaku….”
            Cepat-cepat dibukanya matanya dan semuanya sudah kembali seperti semula. Segera dia turun ke lantai bawah dengan perasaan luar biasa lega. Masih ada sisa air mata diwajahnya. “Terimakasih….” bisiknya.
            Dalam hati dia berjanji tidak akan mengganggu teman-temannya lagi. Kapok. Sekaligus ingin meminta maaf kepada semua orang yang telah diganggunya. Walaupun hari ini Dea tidak jadi membersihkan WC, tapi dia berjanji akan meminta kepada Pak Yus untuk membersihkan ruangan lain, asal tidak membersihkan WC itu. “Walaupun hantunya baik,” pikirnya, sambil tersenyum.

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar